Sejarah Hari
Kebangkitan Nasional 20 Mei. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri
dari tidak kurang 13.000 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke (hasil
survei dan verifikasi terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan). Beragam
suku bangsa, bahasa dan agama juga menjadi hal yang unik dari Bangsa Indonesia.
Sedikit saja gesekan yang terjadi dalam masyarakat maka akan berakibat fatal,
sering kita saksikan dalam media massa beberapa peristiwa yang mencabik-cabik
rasa nasionalisme kebangsaan. Perang antar suku, pemberontakan, tawuran warga
dan lain-lain yang dapat menjadi pemicu disintegrasi bangsa.
Untuk itu
diperlukan rasa kebangsaan yang tinggi agar Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya
semboyan yang menjadi slogan belaka, tetapi benar-benar dapat menjiwai perilaku
seluruh rakyat Indonesia. Dan salah satu hal yang bisa menumbuhkan rasa
kebangsaan adalah Kebangkitan Nasional, bangkit dari keterpurukan, bangkit dari
ketertinggalan, bangkit dari ketidakadilan, bangkit dari kemiskinan dan kebodohan.
Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesaia (NKRI) seharusnya Pemerintah
memberikan perlakuan yang sama terhadap rakyatnya dari Sabang sampai Marauke,
bila rakyat di satu wilayah sejahtera maka selayaknya rakyat di wilayah lainpun
sejahtera agar asas Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dapat
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jika kita
kembali kepada sejarah, kebangkitan nasional merupakan peristiwa bangkitnya
semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme diikuti dengan kesadaran untuk
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Selama masa penjajahan semangat
kebangkitan nasional tidak pernah muncul hingga berdirinya Boedi Oetomo pada
tanggal 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Organisasi
Boedi Oetomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo dan para
mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji serta digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo pada
awalnya bukan organisasi politik, tetapi lebih kepada organisasi yang bersifat
sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun seiring waktu Boedi Oetomo kemudian
menjadi cikal bakal gerakan yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia.
Kongres
pertama Boedi Oetomo diselenggarakan tanggal 3 - 5 Oktober 1908 di Yogyakarta.
Saat itu organisasi Boedi Oetomo telah memiliki tujuh cabang di beberapa kota
yaitu Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo.
Pada kongres pertamanya ini Raden Adipati Tirtokoesoemo (mantan bupati
Karanganyar) yang berasal dari kaum priyayi diangkat sebagai presiden Budi
Utomo yang pertama. Dan sejak itu banyak anggota baru yang berasal dari
kalangan bangsawan dan pejabat kolonial bergabung dengan organisasi Boedi
Oetomo, namun hal ini justru membuat anggota dari kalangan pemuda memilih
keluar dari organisasi ini.
Organisasi
Boedi Oetomo sendiri dalam perjalanan sejarahnya mengalami beberapa kali
pergantian pimpinan dan sebagian besar berasal dari kalangan bangsawan seperti
Raden Adipati Tirtokoesoemo mantan Bupati Karanganyar yang menjadi presiden
pertama Budi Utomo dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman.
Berturut-turut
setelah Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908 diikuti berdirinya Partai
Politik pertama di Indonesia Indische Partij pada tahun 1912, kemudian pada
tahun yang sama Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo, KH
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta, Dwijo Sewoyo dan
kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. Karena
dianggap sebagai organisasi yang menjadi pelopor bagi organisasi kebangsaan
lainnya sebagaimana disebutkan di atas, maka tanggal kelahiran Boedi Oetomo
yaitu 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Demikian
info mengenai Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei semoga bermanfaat.
*)
sumber : http://www.infonews.web.id